Apa Itu Bonus Demografi Indonesia? Apa Langkah Pemerintahan Provinsi Jawa Barat Menghadapi Era Ini?
Apa itu Bonus Demografi?
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2030-2040, Indonesia diperkirakan akan mengalami Bonus Demografi. Bonus Demografi yaitu suatu kondisi dimana jumlah usia produktif (berusia 15-64 tahun) di suatu Negara lebih banyak dibandingkan yang tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).
Di Indonesia, Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa.
Potensi yang bakal dimiliki Indonesia tersebut, perlu dioptimalkan secara baik terutama dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Namun hal ini tentu perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia dengan usia produktif yang kompeten, salah satunya dengan adanya peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan, termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja.
Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia menyatakan menghadapi era ini, pemerintah akan terus berkoordinasi dengan kementerian terkait, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyiapkan langkah menghadapi bonus demografi.
Tahun 2018, di Jawa Barat, jumlah penduduk usia produktifnya adalah 35,9 juta orang, naik 1,72% dari tahun sebelumnya. Sementara jumlah angkatan kerjanya juga naik 1,1% dari tahun 2017, yaitu sebanyak 22,6 juta orang. Akan tetapi, di tahun 2018, jumlah pengangguran terbuka di Jawa Barat juga naik 3,76% dari tahun sebelumnya, sekarang berjumlah 1,8 juta orang. Dari keseluruhan jumlah pengangguran ini, 51%-nya berasal dari lulusan SMA/SMK.
Menerjemahkan apa yang dikatakan Joko Widodo yang akan fokus dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan pemerintahan Jawa Barat akan mengevalusi SMK, melihat jumlah pengangguran terbanyak di Jawa Barat adalah lulusan SMK.
Adapun beberapa program dalam rangka mengembangkan potensi SMK tersebut, dilansir dari Pikiran-rakyat.com, Gubernur Jawa Barat beserta jajarannya akan merombak kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), menerapkan sistem Teaching Factoru dan akan menjalin kerjasama dengan konsultan Inggris, Pearson. Perusahaan yang diakui memiliki sistem mumpuni yang diberinama TVET (technical vocational education and training).
Di Indonesia, Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa.
Potensi yang bakal dimiliki Indonesia tersebut, perlu dioptimalkan secara baik terutama dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Namun hal ini tentu perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia dengan usia produktif yang kompeten, salah satunya dengan adanya peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan, termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja.
Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia menyatakan menghadapi era ini, pemerintah akan terus berkoordinasi dengan kementerian terkait, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyiapkan langkah menghadapi bonus demografi.
Bagaimana Presentase Usia Produktif di Jawa Barat?
Tahun 2018, di Jawa Barat, jumlah penduduk usia produktifnya adalah 35,9 juta orang, naik 1,72% dari tahun sebelumnya. Sementara jumlah angkatan kerjanya juga naik 1,1% dari tahun 2017, yaitu sebanyak 22,6 juta orang. Akan tetapi, di tahun 2018, jumlah pengangguran terbuka di Jawa Barat juga naik 3,76% dari tahun sebelumnya, sekarang berjumlah 1,8 juta orang. Dari keseluruhan jumlah pengangguran ini, 51%-nya berasal dari lulusan SMA/SMK.
Menerjemahkan apa yang dikatakan Joko Widodo yang akan fokus dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan pemerintahan Jawa Barat akan mengevalusi SMK, melihat jumlah pengangguran terbanyak di Jawa Barat adalah lulusan SMK.
Adapun beberapa program dalam rangka mengembangkan potensi SMK tersebut, dilansir dari Pikiran-rakyat.com, Gubernur Jawa Barat beserta jajarannya akan merombak kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), menerapkan sistem Teaching Factoru dan akan menjalin kerjasama dengan konsultan Inggris, Pearson. Perusahaan yang diakui memiliki sistem mumpuni yang diberinama TVET (technical vocational education and training).
Komentar