PENGALAMAN EMAS! #CURHAT SOAL PLP PART 1

“Ma, uci mah gak mau jadi guru. Gak suka ngomong di depan orang.”
“Lah, terus ngapain dulu kuliah masuk keguruan?”

Hening. Sunyi. Senyap.

Rasanya baru saja kemarin gue menggerutu ke mama soal jadi guru, eh sekarang udah hampir 2 bulan gue jadi guru untuk memenuhi mata kuliah School Based Internship (Magang Pengenalan Lingkungan Persekolah). Mau nolak, ya gabisa. Mau ngeluh pun gaakan mengubah keadaan.


Speechless rasanya ternyata menjadi guru itu. Banyak sekali hal-hal yang gak gue duga. Mulai dari hal sepele yang membetekan atau guyonan yang membahagiakan.

Di tulisan #yangpentingnulis kali ini, gue mau berbagi pengalaman yang gue dapatkan selama PLP di salah satu sekolah (SMP) di Tasikmalaya. Penasaran? Check it out!


1. LIAT SISWA LAKI KELAHI DI DEPAN MATA SENDIRI

Jadi begini guys, kalian perlu tahu kalau sekolah tempat gue PLP ini dikenal dengan siswa-siswi yang bisa dibilang bandel. Awalnya, gue pun gak kebayang bandel yang dikatakan orang-orang itu bandel kayak gimana. Namun ternyata eh ternyata, banyak sekali macamnya :( mulai dari siswa yang suka ngerokok, rajin ke toilet entah untuk apa, demen mabal ke warung internet alias warnet sampai kebandelan yang lebih meningkat: menyilet lengan sendiri. Oke, fokus gue disini gak akan bahas kebandelan yang disebutkan tadi, apalagi yang menyilet itu, lain kali aja deh itu mah, pokoknya di sekolah gue itu ada, serem kan wkwkwk. Kebandelan yang akan gue bahas yaitu soal perkelahian.


Perlu diketahui guys, selama PLP, gue udah 3 kali liat siswa laki-laki berantem depan mata gue sendiri. Pertama, waktu itu gue lagi meriksa jawaban soal latihan si abang K, siswa berinisial R main sleding-sledingan dan kaki abang K tersleding hingga jatuh ke lantai. Sontak tak terima dengan yang dilakukan R, abang K ini tersulut emosi dan mencoba menghantam R. Matanya memerah, tangan mengepal dan penuh emosi. Mau gak mau gue sebagai guru yang sedang ada di kelas itu harus menahan emosi abang K. Untungnya beberapa siswa yang lain membantu mengalihkan pandangan abang K dan membawanya keluar kelas. R diem doing dan ketakutan. *ini masih level aman


Kedua kalinya adalah siswa berinisial RZ yang terus menerus menundukan pandangan selama pelajaran. “Bu, si RZ tadi berantem sama abang K, jadinya gitu.”
Bingung dengan keadaan di kelas itu, gue mencoba mendamaikan keduanya. Gue ngajak Abang K ke bangku RZ. “Ayo, kalian maafan ya, jangan gitu.” Abang K menuruti yang gue minta, tapi RZ ini malah menolak disertai usiran “Kesana Anj***”

YALORDDDDD susah kali menghadapi anak-anak seperti begini ye :( Kok bisa-bisanya kek begini di kelas, bikin gue pusing aja. Sepanjang kelas, RZ menyimpan dendam dan melontarkan kata-kata kasar ke Abang K, untung Abang K sabar elaaaaaaah.


Perkelahian ketiga masih hangat. Baru terjadi 2 hari yang lalu, ketika kelas sedang aktif karena tugas “menanyakan tanggal lahir ke teman sekelas/ orang di sekitar sekolah”, kondisi kelas sedikit bebas dan kurang terkontrol. Siswa berinisial RD bertengkar dengan RQ, dan ini benar-benar gelut. Saling pukul, bahkan paha gue ikut tertendang dikala mencoba melerai keduanya. Keduanya emosi, badan tegap, tatapan tajam mengarah ke mata lawan. Susah dipisahkan dan gue benar-benar bête melihatnya :”) Namun Alhamdulillah dengan nasihatan gue ala kadarnya, keduanya duduk ke tempat duduknya masing-masing walau masih dipenuhi emosi. Ternyata penyebab keduanya adalah RD sedang bercanda-candaan dengan OK, lalu OK tersungkur ke RQ, RQ merasa terganggu dan marah pada RD. OK mah oke-oke aja dong. Dasar.



2. DIKOMEN SEGALA MACAM SAMA SISWA

“Ibu, kok ada kumisnya?”
“Ibu gak pake bedak ya? Bedaknya luntur ya bu?”
“Ibu, batiknya mirip loh sama batik OSIS”
“Ibu, dikerudung ada bedak”
“Ibu itu lipstiknya belepotan”
*pas wudhu* “Ih ibu rambutnya pendek!”


Menjadi guru memang menjadi pusat perhatian guys. Baiklah, gue menerima segala komenan ini. Terima kasih telah mengingatkan beberapa hal kecil yang sering gue lupakan. Terima kasih juga telah mengingatkan untuk selalu mengaca diri usai apapun yang gue lakukan. Dah, ah! mau *otw cukur kumis*


3. DIMINTA NGAJAR 5 JAM

Kalau nomor 1 bikin gue bête, dan kedua bikin gue mikir. Poin ketiga ini bikin gue speechless, gue benar-benar terharu mendengarnya gileeeeee. Ada anak yang minta jam ngajar untuk mata pelajaran gue ditambah jadi 5 jam. Beberapa siswa juga menyayangkan jam pelajaran gue yang terasa sebentar.

“Ibu udah ngajarnya? Kok bentar sih bu” Padahal udah 2 jam ngocoblak :(
“Bu tambah aja bu jadi 5 jam”
“Aku mah suka sama Bahasa Inggris bu”

Entah suka karena gaya ngajar gue atau cuma suka karena pelajarannya aja, yang jelas ini bikin gue seneng. Terima kasih oh muridku! :” Ingin pula aku rasanya mengajarimu lebih dari 5 jam pun, namun kalau kaliannya sulit diatur, susah dan capek pulalah aku mentransferkan ilmunya, masa harus sambil teriak-teriak mah. Begitulah jawabanku kurang lebih. Siswaku menjawab: “Kan gak semuanya sulit diatur bu.”

Skakmat sudah. Terima kasih. Semoga ilmunya bermanfaat.


Terima kasih juga telah membaca tulisan #yangpentingnulis ini.  Gue bingung harus nulis apa di deadline minggu kedua di bulan Oktober ini. Oleh karena itu tulisan ini dibuat hanya untuk memenuhi tugas bulanan dari Fahrie agar gue bebas hukuman. Yeay! WKWKWKWK. Gue pengen bikin video soal suka duka PLP. Nanti deh gue bikin, coming soooooooooooonnn!!! Jangan lupa subscribe Icus Channel di Youtube ya teman-teman! Cherio!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

YEL-YEL PRAMUKA

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

TIPS NGUBAH STATUS JOMBLO DALAM WAKTU 1 JAM