Cerita Dibalik Seleksi Beasiswa Djarum 2017 #5 : Wawancara Beasiswa Gimana Aja?

Bertemu interviewer, rasanya kayak mau ijab kabul! 
1. Deg-degan.
2. Takut salah ngomong
3. Grogi (?)

Sebelumnya udah pada baca kan soal kebingungan gue tentang kemeja yang gue pake?  Kalau belum, baca dulu disini:

Cerita Dibalik Seleksi Beasiswa Djarum 2017 #4: Lihat Pengumuman Seleksi Tulis dan Gambar

Itulah drama pertama gue yang rempong saat mau diwawancara interviewer :( Oh iya, sebelum masuk ke ruangan, gue juga sempat nanya-nanya sama mahasiswa yang udah diwawancara:

"Gimana? Susah gak?"
"Gampang kok, pertanyaannya tentang keseharian kita aja" 
"Ditanya soal organisasi gak?"
"Iya, kamu ngapain aja di organisasi, tugas dan lain-lainnya gitu" 
"Kamu bisa jawabnya?"
"Alhamdulillah bisa. Kayak ngobrol aja kok."

Oke sip. Mantap. Kaki gue melangkah satu persatu, karena kalau bareng mah pocong loncat dong-_-" Dengan mengucapkan basmallah, gue masuk ke dalam ruangan rektorat lantai 2 tempat gue akan ngobrol-ngobrol cantik dengan interviewer. Eh, pas masuk ke dalam, gue terkesima guys! Gue dapat bapak ganteng :3 aduh, gapapa deh gue diwawancara seharian~

Gue jabat tangannya, hwaaaaaa!!! Senang rasanya tanganku digenggamnya walau dalam hitungan beberapa detik. Senyumnya yang manis terlempar untukku. Mata indahnya menatapku. Oh, duniaaaaa.... WOY! FOKUS FOKUS FOKUS! Ini bukan drama romantis, lu mau diwawancara, bukan sosweet-sosweet-an -_-

Gue menjabat tangannya dengan percaya diri dan berlagak penuh wibawa. Tak lupa gue goreskan senyum senang. "Halo. Selamat datang. Silakan duduk," katanya. Gue pun duduk setelah dipersilakan. "Terima kasih," jawab gue dengan ramah.

Pertanyaan pertama diawali dengan suruhan perkenalan. Gue mengenalkan diri gue, asal jurusan, tempat tinggal dan keseharian gue di kampus. Oke, perkenalan singkat aja gapapa dong? Karena sebelumnya gue baca, kalau kita terlalu menjabarkan dengan luas tentang diri kita, bisa jadi kita malah mendapat kesan buruk seperti "terlalu narsis".

Nametag, pulpen dan buku: oleh-oleh dari seleksi tulis. 
Kalau konsumsi oleh-oleh dari seleksi wawancara.
Dikasih makan coba. Padahal lagi bulan Puasa. haha

Selanjutnya pertanyaan demi pertanyaan mengalir seperti obrolan biasa. "Disini ngekost? Tinggal di rumah sama orang tua? Ke kampus berapa menit? Pakai kendaraan apa kalau pergi ke kampus? 20 menit bukannya jauh ya? Pekerjaan orang tua? Punya saudara kandung berapa? Kakak-kakaknya kuliah juga? Loh, kok anak kedua dulu yang wisuda? Abangnya berarti sekarang masih kuliah? Kalau kakak yang kedua sudah kerja dimana?" dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Gue masih menanggapinya dengan santai. 

Masuk ke pertanyaan yang lebih serius, gue ditanya soal keseharian gue di kampus. Gue menjelaskan bagaimana gue pulang malam usai rapat/acara, peran gue di organisasi tersebut, cara gue membagi tugas organisasi dengan kuliah dan tentunya soal alasan mengapa memilih organisasi tersebut. 

Saat itu, gue tergabung dalam UKM Pers Mahasiswa dan EDSA (Himpunan Pendidikan Bahasa Inggris). Gue sempat bingung usai gue bilang lebih nyaman di dunia jurnalistik dan menginginkan menjadi seorang wartawan. Beliau mempertanyakan mengapa gue tidak mengambil Ilmu Komunikasi saja? Untungnya gue benar-benar punya alasan kuat untuk itu, karena tidak ada jurusan tersebut di Universitas di Tasik/Ciamis, ditambah larangan ngekost oleh orang tua hingga akhirnya gue berkata: "Akhirnya saya memilih Bahasa Inggris karena lapangan kerjanya juga lebih luas, bisa masuk ke bidang yang lain juga karena dibutuhkannya kemampuan berbahasa asing. Saya juga punya keinginan untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri, Pak." UWUWW Mantul kan B-) aamiinkan ya gaes jangan lupa hehe.

Itu soal Pers, sekarang EDSA. Oh iya, peran gue di Pers ini waktu itu sebagai Redaktur Media Online, gue memberi tahu tugas gue memilah dan memilih berita untuk diterbitkan, membuat broadcast di instagram dan di LINE. Tak sampai disana interviewer ganteng ini mulai mengorek lebih dalam dan membuat kekritisanku mulai bekerja. Seperti pertanyaan: "Pernah tidak membuat rencana perminggu mau posting apa?" Uh, untungnya gue berpengalaman dalam hal ini. "Saya pernah membuat rencana postingan mingguan, Pak. Namun saya terkendala dengan adanya tulisan masuk. Kadang ada anggota yang ngirim satu minggu sekali, jadi tergantung ada tidaknya tulisan." heheww.

Di pertanyaan tentang EDSA lah gue merasa babak belur habis-habisan guys! Saat itu, posisi gue adalah bendahara umum, periode sebelumnya gue juga wakil bendahara. Lalu ini nih! Masalah duit emang selalu menjadi yang paling krusial. Begitu pun dengan tugas-tugasnya.
"Kamu jadi bendahara tugasnya cuma megang uang doang gitu?"
Ingin ku menjerit,
MEMANG TERDENGAR MUDAH, TAPI TAK SEGAMPANG ITU PAK :"(
"Umumnya seperti itu pak, memegang uang kas, membuat RAB dan LPJ"
"Kalau saat acara biasanya jadi apa?"
"Bendahara acara juga pak."

Pertanyaan selanjutnya mengenai kebendaharaan inilah sedikit membuat gue kelabakan. Ditanya soal alur keluarnya uang ke seksi yang membutuhkan. "Jadi kamu terima jadi aja gitu setelah memberi jatah ke bagian-bagiannya?" Gue mengelak, karena tugas gue tidak sesimpel itu, gue ikut mengontrol/ memantau. Pertanyaan selanjutnya soal uang puluhan juta yang pernah gue pegang, bagaimana gue mengelolanya. Lalu soal tindakan gue soal kekurangan dana untuk acara (dana talang darimana dan sebagainya). Gue sempat beberapa kali berdebat pokoknya ngomongin kebendaharaan. Ini juga yang membuat gue bete karena harus menjelaskan dengan detail, mana kadang pas ngomongnya campur-campur pake istilah sunda "teh" atau "mah". 

Gue sempat kelabakan juga soal jumlah uang untuk konsumsi biasanya dialokasikan berapa, sewa sound system, logistik, pemateri, dan lain-lain. Karena atuh lupa lagi jumlah-jumlahnya :( bisa diliat di laporan keuangan dan nota-notanya aja pak :(

Terakhir, sesi wawancara ditutup dengan suruhan untuk membaca aturan kalau nanti diterima menjadi Beswan. Harus mengikuti kegiatan wajib diantaranya Charracter Building, Leadership Development dan National Building. "Adakah yang ingin ditanyakan tentang Beswan Djarum?" tanya bapak yang bikin gue bete. Nah, disaat seperti ini, katanya harus bertanya guys! Ini memberi kesan kalau kita merasa tertarik dan memiliki keingintahuan yang lebih. Gue pun bertanya. Pertanyaannya biasa aja kok gausah mencari pertanyaan berbobot, ini bukan ujian! wkwk

Wawancara selesai, gue mengucapkan terima kasih dan bergegas keluar ruangan meninggalkan pewawancara dengan sopan. Di luar, Beswan 32 menyambut dan salah satu dari mereka bertanya: "Gimana interviewnya?" Karena gue bete dan kurang puas hasil jawaban gue diakhir-akhir wawancara, gue bilang "Ah gatau lah! Bikin aku bingung ih teh!" dengan sedikit rasa penyesalan.

Gue menemui temen yang tadi ngobrol sebelum nama gue dipanggil. Kata dia, "Kamu kok lama banget? Peserta yang dipanggil sesudah kamu aja udah keluar duluan."
"OH YAAAAA????" gue kaget, dan katanya emang bagian gue lama banget.
Kami berbagi cerita saat diwawancara sambil pulang bareng. Dia nebeng sama gue karena kebetulan gue melewati jalan menuju rumah dia.

Sepulangnya ke rumah, gue bete dan sedih. Gue nyesel atas apa yang udah gue omongin. "NGOMONG APASIH TADI? ARGGGHHH!!!!!!!" 
Gue nangis juga gak sih? :" gue lupa. :( Pokoknya bener-bener sedih dan tidak puas dengan jawaban-jawaban gue. Pikiran gue terus terfokus kepada kalimat: "Udahlah, gimana lagi. Hasil akhir lolos enggaknya gimana nanti, kalau ga lolos berarti bukan rezeki gue" serta rasa pesimis terus menggerogoti, "Gak mungkin lolos, gak mungkin jadi Beswan". Udahlah. 


Oh iya, gue juga sempat bilang gini saat ditanya mengapa tertarik beasiswa ini. "Saya ingin mendapatkan kemampuan yang tidak saya dapatkan di kampus. Apalagi mendengar kata beswan sebelumnya ada pelatihan yang mengasah skill utamanya komunikasi, saya ingin bisa berbicara lancar. Bapak juga tahu sendiri, saya kurang bisa berkomunikasi, kemampuan berbicara saya seperti ini."

ARGHHHHHH BEGO BANGET AKUTU. BEGO BANGET KENAPA BILANG GITU.

Gimana hasilnya? Tunggu yaaaaa heu heu

Komentar

Anonim mengatakan…
Plis Kelanjutannya, Kak.

Postingan populer dari blog ini

CEWEK VS BULU KETEK

YEL-YEL PRAMUKA

TUGAS KEWIRAUSAHAAN